Sabtu, 5 September 2009

Hadis Sedekah.

HADITH HARIAN: Sedekah berbuka pahalanya besar

Email : Zamri Kecik's

Ibn ‘Abaas berkata, “Rasulullah adalah orang yang paling banyak bersedekah dan baginda memperbanyakkan sedekah di bulan ramadhan iaitu bulan di mana Jibrael bertemu baginda setiap malam dari awal hingga akhir Ramadhan.” (alBukhari). Sabda Rasulullah SAW “Barangsiapa yang memberi makan (berbuka) untuk orang yang berpuasa ia akan mendapat pahala yang sama banyaknya dengan pahala puasa orang yang diberi makan itu, tanpa mengurangkan sedikitpun pahala orang itu. ”. Riwayat (at-Tirmidzi)

IBNU Abbas meriwayatkan bahawa Nabi Muhammad bersabda yang bermaksud: “Apabila datang hari pertama Ramadan, maka bertiuplah angin 'Al-Mutsiiratu' dari Arsy dan menggerakkan daun pohon syurga hingga terdengar sayup-sayup suara merdu yang tidak pernah terdengar oleh sesiapa pun. "Bidadari melihat dan mendengar ke arah sayup-sayup suara merdu itu sambil berkata: “Ya Allah, jadikan kami pada bulan ini (Ramadan) sebagai isteri hamba-hamba- Mu. Maka Allah mengahwinkan hamba-Nya yang berpuasa pada bulan Ramadan dengan bidadari cantik.”

Ini adalah salah satu cebisan kebaikan dan ketinggian Ramadan yang sedang dilalui umat Islam.

Kita harus bersyukur kerana dapat berada dalam Ramadan al-Mubarak, iaitu bulan awalnya rahmat, pertengahannya pengampunan dan akhirnya merdeka (terlepas) daripada api neraka.


Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim daripada Abu Hurairah, Rasulullah bersabda yang bermaksud: “Barang siapa menahan tidur serta beramal pada Ramadan dengan beriman bersungguh-sungguh akan kelebihannya serta ikhlas semata-mata kerana Allah, nescaya diampuni segala dosanya yang lalu.”

Bulan Ramadan mempunyai lima keistimewaan yang tidak ada pada bulan yang lain, iaitu puasa selama sebulan, Lailatul Qadar, zakat fitrah, Nuzul Quran dan amal kebajikan.

Salman Al Farisi meriwayatkan: “Dalam sebuah hadis panjang, Rasulullah berkhutbah di hadapan kami pada akhir bulan Syaaban. Baginda berpesan yang bermaksud: “Wahai umat manusia, sesungguhnya kami naungi bulan yang mulia lagi diberkati kerana Ramadan itu adalah bulan kesabaran dan sabar itu balasannya adalah syurga. Ramadan juga adalah bulan yang padanya ditambah Allah rezeki orang mukmin.“Barang siapa yang memberi makan kepada orang yang berbuka puasa pada bulan ini, adalah baginya pahala seperti memerdekakan seorang hamba dan dosa-dosanya pula diampunkan.”

Cerita Teladan

5 September 2009
Anak Kecil Penjaja Kue

Oleh : Al-Irsyad Surabaya

Seorang pemuda yang sedang lapar pergi menuju restoran jalanan dan iapun menyantap makanan yang telah dipesan. Saat pemuda itu makan datanglah seorang anak kecil laki-laki menjajakan kue kepada pemuda tersebut, “Pak mau beli kue, Pak?” Dengan ramah pemuda yang sedang makan menjawab “Tidak, saya sedang makan”.

Anak kecil tersebut tidaklah berputus asa dengan tawaran pertama. Ia tawarkan lagi kue setelah pemuda itu selesai makan, pemuda tersebut menjawab “Tidak dik saya sudah kenyang”.

Setelah pemuda itu membayar ke kasir dan beranjak pergi dari warung kaki lima, anak kecil penjaja kue tidak menyerah dengan usahanya yang sudah hampir seharian menjajakan kue buatan bunda. Mungkin anak kecil ini berpikir “Saya coba lagi tawarkan kue ini kepada bapak itu, siapa tahu kue ini dijadikan oleh-oleh buat orang dirumah”.

Ini adalah sebuah usaha yang gigih membantu ibunda untuk menyambung kehidupan yang serba pas-pasan ini.

Saat pemuda tadi beranjak pergi dari warung tersebut anak kecil penjaja kue menawarkan ketiga kali kue dagangan. “Pak mau beli kue saya?”, pemuda yang ditawarkan jadi risih juga untuk menolak yang ketiga kalinya, kemudian ia keluarkan
uang Rp 1.500,- dari dompet dan ia berikan sebagai sedekah saja.

“Dik ini uang saya kasih, kuenya nggak usah saya ambil, anggap saja ini sedekahan dari saya buat adik”.

Lalu uang yang diberikan pemuda itu ia ambil dan diberikan kepada pengemis yang sedang meminta-minta. Pemuda tadi jadi bingung, lho ini anak dikasih uang kok malah
dikasihkan kepada orang lain.

“Kenapa kamu berikan uang tersebut, kenapa tidak kamu ambil?”.

Anak kecil penjaja kue tersenyum lugu menjawab, “Saya sudah berjanji sama ibu di rumah, ingin menjualkan kue buatan ibu, bukan jadi pengemis, dan saya akan bangga pulang ke rumah bertemu ibu kalau kue buatan ibu terjual habis. Dan uang yang saya berikan kepada ibu hasil usaha kerja keras saya. Ibu saya tidak suka saya jadi pengemis”.

Pemuda tadi jadi terkagum dengan kata-kata yang diucapkan anak kecil penjaja kue yang masih sangat kecil buat ukuran seorang anak yang sudah punya etos kerja bahwa
“kerja itu adalah sebuah kehormatan”, kalau dia tidak sukses bekerja menjajakan kue, ia berpikir kehormatan kerja di hadapan ibunya mempunyai nilai yang kurang. Suatu pantangan bagi ibunya, bila anaknya menjadi pengemis, ia ingin setiap ia pulang ke rumah melihat ibu tersenyum menyambut kedatangannya dan senyuman bunda yang tulus
ia balas dengan kerja yang terbaik dan menghasilkan uang.

Kemudian pemuda tadi memborong semua kue yang dijajakan lelaki kecil, bukan karena ia kasihan, bukan karena ia lapar tapi karena prinsip yang dimiliki oleh anak kecil itu “kerja adalah sebuah kehormatan”, ia akan mendapatkan uang kalau ia sudah bekerja dengan baik.

CATATAN :
Semoga cerita di atas bisa menyadarkan kita tentang arti pentingnya kerja. Bukan sekadar untuk uang semata. Jangan sampai mata kita menjadi “hijau” karena uang sampai akhirnya melupakan apa arti pentingnya kebanggaan profesi yg kita miliki. Sekecil apapun profesi itu, kalau kita kerjakan dengan sungguh-sungguh, pasti akan berarti besar.

penulis : Ruddy Suryadarma

Hadis Rasulullah s.a.w

Daripada Abu Hurairah r.a., berkata Rasulullah s.a.w. bersabda, "Perbaharui iman kamu semua." Beliau ditanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana kami memperbaharui iman kami?" Beliau bersabda, "Perbanyakkan kamu semua mengucap "Laa ilaaha illallaah" (tiada tuhan melainkan Allah)"

(Riwayat Ahmad dan Thabrani di dalam At Targhib, isnad Ahmad adalah hassan)

Jumaat, 4 September 2009

Hadis Rasulullah s.a.w hari ini.

Daripada Aisyah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Apabila seseorang daripada kamu makan, maka hendaklah menyebutkan nama Allah Ta'ala (yakni mengucapkan Bismillah). Jikalau ia terlupa menyebutkan nama Allah Ta'ala pada permulaan makannya itu, maka hendaklah mengucapkan: "Bismillahi awwalahu wa akhirahu," ertinya: Dengan nama Allah pada permulaan makan dan pada penghabisannya.

Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Imam Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.

Khamis, 3 September 2009

Tazkirah hari ini.

Daripada Umar bin al-Khattab r.a.,katanya, saya meminta izin kepada Nabi s.a.w. untuk melakukan umrah, beliau mengizinkan lalu bersabda: "Jangan engkau lupa untuk mendoakan kami, hai saudaraku." Beliau telah mengucapkan sesuatu kalimat yang saya tidak merasa senang walaupun diganti dengan seluruh isi dunia. (maksudnya Umar r.a. tidak senang kerana baginda memintanya berdoa untuk baginda dan sahabat yang lain di dalam umrahnya nanti. Permintaan itu dianggap amat besar nilainya melebihi nilai dunia dan seisinya.)

Dalam riwayat lain disebutkan: "Nabi s.a.w. bersabda: "Sertakanlah kita, hai saudaraku dalam doamu itu!"

Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.

Rabu, 2 September 2009

Nuzul al Quran dan Lailatul Qadar

Nuzul al-Quran dan Lailatul Qadar



Oleh; Dr. Samsu Adabi Mamat

Jabatan Pengajian Arab dan Tamadun Islam

Universiti Kebangsaan Malaysia




Nuzul Al-Quran



Peristiwa nuzul al-Quran menjadi satu rakaman sejarah dalam kehidupan Nabi SAW hingga seterusnya berperingkat-peringkat menjadi lengkap sebagaimana kitab al-Quran yang ada pada kita hari ini. Peristiwa Nuzul al-Quran berlaku pada malam Jumaat, 17 Ramadan, tahun ke-41 daripada keputeraan Nabi Muhamad SAW. Perkataan ‘Nuzul’ bererti turun atau berpindah dari atas ke bawah. Bila disebut bahawa al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi SAW maka ianya memberi makna terlalu besar kepada umat Islam terutamanya yang serius memikirkan rahsia al-Quran.

‘Al-Quran’ bererti bacaan atau himpunan. Di dalamnya terhimpun ayat yang menjelaskan pelbagai perkara meliputi soal tauhid, ibadat, jinayat, muamalat, sains, teknologi dan sebagainya. Kalimah al-Quran, sering dicantumkan dengan rangkai kata ‘al-Quran mukjizat akhir zaman’ atau ‘al-Quran yang mempunyai mukjizat’. Malah inilah sebenarnya kelebihan al-Quran tidak ada satu perkara pun yang dicuaikan atau tertinggal di dalam al-Quran. Dengan lain perkataan segalanya terdapat di dalam al-Quran. Firman Allah:

Dan tidak seekor pun binatang yang melata di bumi, dan tidak seekor pun burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan mereka umat-umat seperti kamu. Tiada Kami tinggalkan sesuatu pun di dalam kitab Al-Quran ini; kemudian mereka semuanya akan dihimpunkan kepada Tuhan mereka (untuk dihisab dan menerima balasan). (Al-An’am:38)

al-Quran adalah hidayah, rahmat, syifa, nur, furqan dan pemberi penjelasan bagi manusia.. Segala isi kandungan al-Quran itu benar. Al-Quran juga dikenali sebagai Al-Nur bererti cahaya yang menerangi, al-Furqan bererti yang dapat membezakan di antara yang hak dan batil dan al-Zikr pula bermaksud yang memberi peringatan.

Dalam sejarah kehidupan Nabi SAW ayat al-Quran yang mula-mula diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibrail ialah lima ayat pertama daripada surah Al-‘Alaq. maksudnya:

”Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhan mu yang menciptakan (sekalian makhluk), Ia menciptakan manusia dari sebuku darah beku; Bacalah, dan Tuhan mu Yang Maha Pemurah, -Yang mengajar manusia melalui pena dan tulisan, -Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (al-‘alaq:1-5)



Hubungan Lailatul Qadar dan Nuzul al-Quran

Lailatul Qadar pula ialah suatu malam pada bulan Ramadhan yang begitu istimewa sekali fadilatnya. Malam al-Qadar adalah suatu malam yang biasanya berlaku pada 10 akhir Ramadhan dan amalan pada malam itu lebih baik baik dari 1000 bulan.

Apakah kaitannya malam al-Qadar dengan nuzul al-Quran? Sebenarnya al-Quran dan malam Lailatulqadar mempunyai hubungan yang rapat antara satu sama lain sebagaimana yang diterangkan di dalam kitab Allah dan hadis Rasulullah SAW di antaranya firman Allah SWT

Maksudnya: Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) ini pada Malam Lailatul-Qadar, Dan apa jalannya engkau dapat mengetahui apa dia kebesaran Malam Lailatul-Qadar itu? Malam Lailatul-Qadar lebih baik daripada seribu bulan. Pada Malam itu, turun malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun yang berikut); Sejahteralah Malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar! (al-Qadar:1-5)



Mengikut satu pandangan, ayat ini diturunkan berdasarkan satu riwayat dari Ali bin Aurah, pada satu hari Rasulullah SAW telah menyebut 4 orang Bani Israel yang telah beribadah kepada Allah selama 80 tahun. Mereka sedikit pun tidak derhaka kepada Allah, lalu para sahabat kagum dengan perbuatan mereka itu. Jibril datang memberitahu kepada Rasulullah SAW menyatakan bahawa Allah SWT menurunkan yang lebih baik dari amalan mereka. Jibril pun membaca surah al-Qadar dan Jibril berkata kepada Rasulullah ayat ini lebih baik daripada apa yang engkau kagumkan ini menjadikan Rasulullah SAW dan para sahabat amat gembira.

Dalam hadis yang lain Aishah juga meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW bersabda bersedialah dengan bersungguh-sungguh untuk menemui malam Lailatul qadar pada malam-malam yang ganjil dalam 10 malam yang akhir daripada bulan Ramadhan.


Panduan

Dari maklumat serba sedikit di atas tadi sebenarnya banyak boleh dijadikan panduan kepada umat Islam seluruhnya. Antara panduan berkenaan ialah seperti:

1. Tidak ada perkara yang tidak terdapat dalam al-Quran

2. Ayat pertama diturunkan ialah ‘iqra’ iaitu ‘baca’ dan Tuhan mengajarkan manusia melalui perantaraan Pena dan Tulisan.

3. Kelemahan umat Nabi Muhammad beribadat maka dianugerahkan satu masa yang apabila kita mendapatkannya kita akan digandakan pahala melebihi seribu bulan.


Apabila disebutkan bahawa tidak ada perkara yang tidak terdapat di dalam al-Quran itu maka ianya memberikan makna bahawa segala ilmu pengetahuan yang merangkumi fardu ‘ain dan fardu kifayah dalam segenap aspek kehidupan merangkumi ekonomi, sosial, perundangan, pendidikan, sains dan teknologi dan lain-lain, segalanya terdapat dalam al-Quran. Tafsiran, kupasan analisa dan penyelidikan membolehkan umat Islam maju mendahului umat-umat lain di dunia ini.

Manakala penurunan al-Quran pula didahului dengan suatu kalimah ‘iqra’’ iaitu ‘baca’ di mana membaca adalah kunci kepada penerokaan ilmu. Selepas itu pula Allah mengiringi dengan ayat yang bermaksud; Yang mengajar manusia melalui pena dan tulisan, -Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” Keadaan ini menguatkan lagi bahawa pembacaan dan penulisan itu menjadi antara perkara yang paling penting dalam penguasaan ilmu pengetahuan. Di mana sebagaimana diketahui umum melalui satu ungkapan bahawa: “ilmu pengetahuan dan teknologi itu adalah kuasa”.

Perkara ketiga ialah hikmah dari anugerah malam al-qadar kepada umat Nabi Muhammad SAW sebagai umat akhir zaman. Mengetahui kelemahan umat Islam akhir zaman ini dalam beribadah maka dianugerahkan satu peluang di mana ibadah yang dilaksanakan pada malam itu digandakan sehingga 1000 bulan. Bermakna kiranya kita dapat melaksanakan ibadah dengan penuh keimanan di 10 akhir Ramadhan, kita akan berpeluang mendapat malam al-Qadar. Ini akan menjadikan kita seolah-olah beramal ibadah selama 1000 bulan iaitu sekitar 83 tahun. Menjadikan kita seolah-olahnya menghabiskan seluruh hidup kita dan usia kita dalam ibadah.

Bagi mencari malam-malam yang berkemungkinan sebagai malam al-qadar, maka kalangan ulama ada menyatakan bahawa, malam-malam yang ganjil yang tersebut ialah malam 21, 23, 25, 27 & 29 dari bulan Ramadhan. Dalam pada itu terdapat juga beberapa hadis yang menyatakan bahawa malam al-qadar itu pernah ditemui dalam zaman Rasulullah SAW pada malam 21 Ramadhan. Pernah juga ditemui pada malam 23 Ramadhan. Terdapat juga hadis yang mengatakan bahawa baginda Rasulullah SAW. menjawab pertanyaan seorang sahabat yang bertanya mengenai masa Lailatulqadar supaya ianya bersedia dan menghayatinya. Baginda menjelaskan malam Lailatulqadar itu adalah malam 27 Ramadhan. Dari keterangan-keterangan di atas dapatlah kita membuat kesimpulan bahawa malam Lailatulqadar itu berpindah dari satu tahun ke satu tahun yang lain di dalam lingkungan 10 malam yang akhir dari bulan Ramadhan. Yang pastinya bahawa masa berlakunya malam Lailatulqadar itu tetap dirahsiakan oleh Allah SWT supaya setiap umat Islam menghayati 10 malam yang akhir daripada Ramadhan dengan amal ibadat. Dengan beribadah di sepuluh malam terakhir itu, mudah-mudahan akan dapat menemuinya sebagai bekalan kehidupan akhirat.

Kesimpulan

Sebagai kesimpulannya marilah kita sama-sama menghayati nuzul al-Quran ini sebagai suatu peristiwa besar yang penuh makna dan hikmah. Kita seharusnya melihat al-Quran itu sebagai ‘kitab induk’ panduan Ilmu pengetahuan untuk memajukan manusia seluruhnya. Memajukan manusia yang lebih penting adalah memajukan umat Islam terlebih dahulu melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Membaca al-Quran itu adalah suatu ibadah. Sekarang bolehlah kita panjangkan ‘membaca’ al-Quran itu kepada menganalisa, mengkaji, menyelidiki dan mencari rahsia ilmu pengetahuan di dalam al-Quran dan seterusnya menghasilkan penulisan-penulisan yang akhirnya memajukan dunia ini dan khasnya memajukan umat Islam dan seterusnya mengeluarkan umat Islam dari belenggu kelemahan dan penghinaan. Umat Islam juga perlu mempertingkatkan amal ibadah terutamanya mengejar anugerah Tuhan yang tidak terhingga kepada umat Islam akhir zaman. Beribadah di 10 akhir Ramadhan memberikan kita peluang keemasan ganjaran pahala seolah-olah beribadah sepanjang hidup kita iaitu 1000 bulan (sekitar 83 tahun).

Selasa, 1 September 2009

Hadis Rasulullah s.a.w hari ini.

Daripada Abu Hurairah r.a., katanya, saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda,

"Apabila solat telah diiqamati, maka janganlah kamu semua mendatanginya sambil berlari-lari. Tetapi datangilah itu sambil dengan perlahan-lahan, kerana bersamanya ada ketenangan. Ikutlah yang mana kamu sempat dan yang gantikan yang mana tertinggal."

(Muttafaq 'alaih)

Daripada Aisyah r.a., katanya: "Saya sama sekali tidak pernah melihat Rasulullah s.a.w. dalam ketawa itu bersangatan sehingga terlihat anak tekaknya, hanyasanya ketawa beliau s.a.w. itu adalah tersenyum.

(Muttafaq 'alaih)

Isnin, 31 Ogos 2009

Belajar tanpa berguru, syaitanlah gurunya

Dato' Dr Haron Din


SAYA ingin bertanya mengenai perubatan alternatif, sama ada bertentangan dengan syarak atau tidak. Bagaimana jika ada pengamal itu yang mendakwa, dia mendapat ilmu atau petunjuk perubatan melalui mimpi. Contohnya seperti seorang pengamal mengubati pesakit dengan menggunakan dauh sirih.
Iklan




Daripada pemerhatiannya kepada struktur daun sirih selepas membaca mantera (doa), dia dapat memberitahu kepada pesakit tentang keadaan penyakitnya dari segi fizikal, spiritual atau gangguan. Mohon Dato' jelaskan.

INSAN YANG RAGU,
menerusi e-mel.

ADA dua episod daripada persoalan anda. Pertama mengenai perihal pengubat yang mendapat ilmu mengubati manusia menerusi mimpi. Kedua, menggunakan daun sirih sebagai penunjuk untuk mengubati dan mengetahui perkara ghaib, tentang penyakit zahir, batin dan sebagainya.

Perihal ilmu pengubatan melalui mimpi pernah saya jelaskan dahulu dalam ruangan ini, bahawa ilmu itu tidak sabit dari segi syarak.

Dengan lain perkataan, ilmu yang memberi kebaikan kepada manusia, dipelajari dengan cara berguru dengan cara yang betul, memakan masa yang agak lama, perlu diuji dan dipastikan dia boleh memilikinya, bukan sama sekali menerusi mimpi semalaman atau beberapa minit sahaja mimpi itu. Keadaan ini tidak mampu menjadikan seseorang itu sebagai pengubat.

Dalam tasawuf atau tarikat selalu sangat diperkatakan mengenai kaedah mempelajari sesuatu ilmu hendaklah dengan berguru dengan jelas dan nyata, dia berilmu dan beramal dengan ilmunya.

Sesiapa yang belajar tanpa guru, maka syaitanlah gurunya.

Oleh kerana itu ilmu melalui mimpi, amat diragui siapakah sebenarnya yang menjelma dalam mimpinya itu. Hendak dikata wali-wali Allah (yang telah kembali kepada Allah), mereka semuanya sudah berada di alam barzakh sehingga hari kiamat.

Ruh mereka tidak boleh kembali lagi ke dunia ini untuk bertemu dengan sesiapa. Lebih-lebih lagi untuk menyampai ilmu selepas mati.

Orang yang telah mati, terputus usaha kebaikan atau kejahatan. Sudah tidak boleh lagi menyampaikan ajaran atau petua-petua perubatan kepada mana-mana orang yang hidup.

Firman Allah (mafhumnya): "Supaya aku mengerjakan amal-amal yang soleh dalam perkara-perkara yang telah aku tinggalkan." Tidak! Masakan dapat? Sesungguhnya perkataannya itu hanyalah kata-kata yang ia sahaja yang mengatakannya, sedang di hadapan mereka ada alam barzakh (yang mereka tinggal tetap padanya) hingga hari mereka dibangkitkan semula (pada hari kiamat)." (Surah al-Mukminun, ayat 100)

Dalam kitab tafsir yang muktabar, disebut barzakh dengan huraian bahawa selepas mati, ruh-ruh manusia ditempatkan ke alam baru. Dengan kehidupan baru itu, mereka terputus dari dunia dan tembok-tembok itu menjadi pemisah, tanpa dapat ditembusi untuk pulang ke dunia.

Diriwayatkan daripada Ali bin Abi Talib (r.a) beliau pernah menyebut (mafhumnya): "Hari ini di dunia adalah untuk beramal tanpa hisab, esok sesudah mati, hanya ada hisab yang menunggu tanpa ada amal lagi."

Jika yang telah mati boleh lagi beramal dengan pulang ke dunia dan memberi petua atau pengajaran untuk perubatan, maka ia bertentangan dengan al-Quran seperti ayat yang saya nyatakan di atas.

Dengan hujah-hujah itu, tidak boleh diterima pakai, atas andaian bahawa ilmu menerusi mimpi adalah dari sumber yang sahih.

Yang berlaku hanyalah tipu daya syaitan dalam mimpi seseorang, mengajar manusia melalui mimpi yang boleh menyesatkan. Berhati-hatilah, kadang-kadang mereka ini kelihatannya seperti betul dan bersesuaian dengan kehendak syarak, tetapi yang tersiratnya adalah untuk mempengaruhi manusia yang bakal membawa ke jalan yang sesat.

Seorang sahabat Nabi s.a.w, Abu Hurairah, pernah menerima ilmu dalam jaganya daripada syaitan, apabila diceritakan ilmu itu yang zahirnya sejajar dalam syariat, iaitu dengan menyuruh Abu Hurairah membaca ayat kursyi supaya beliau melindungi harta yang dijaganya supaya tidak dicuri seseorang, maka Rasulullah s.a.w menyatakan (mafhumnya): "Itu adalah ajaran daripada syaitan, jangan peduli dengannya, lupakan ajaran itu dan ambillah ajaran daripadaku."

Seterusnya Nabi s.a.w mengajar Abu Hurairah, sama seperti yang diajar oleh syaitan tadi.

Mimpi manusia, kebanyakkan daripada perbuatan syaitan, jika ada pun daripada Allah, ianya adalah terlalu sedikit.

Ada pun mengenai pengubat memberitahu pesakit menerusi tilik menilik daun sirih, maka itu adalah pengubat tradisional Melayu, bukan pengubatan cara Islam.

Dalam Islam, tilik menilik dalam semua perkara sama ada menerusi daun sirih atau pun lain-lainnya, adalah bertentangan dengan syarak dan amat dilarang.

Dalam satu hadis Nabi s.a.w. bersabda (mafhumnya): "Daripada Ummul Mukmimin Hafsah dan Aisyah r.ahnuma, bahawa pernah ditanya kepada Rasulullah s.a.w. akan tukang-tukang tilik. Nabi mengatakan bahawa mereka hanyalah temberang dan tidak benar satu pun. Ditanya lagi, "Tukang tilik itu mengkhabarkan kepada kami perkhabaran dalam tilik mereka, maka kami dapati ia benar." Nabi bersabda, "Yang demikian itu dikhabarkan kepada mereka oleh makhluk halus kepada yang berbaik dengan mereka, dengan mencampuradukkan di dalamnya ratusan pembohongan." (Hadis riwayat al-Bukhari).

Dalam hadis lain Abu Hurairah menyatakan bahawa Nabi s.a.w. pernah bersabda (mafhumnya): "Sesiapa yang mendatangi orang yang mendakwa mengetahui yang ghaib (arraf) atau tukang tilik (kaahin), lalu mempercayai apa sahaja yang dikatakan mereka itu menerusi tilik menilik mereka, maka sesungguhnya dia telah kufur dengan apa yang diturunkan Allah ke atas Nabi Muhammad (al-Quran)." (Hadis riwayat al-Hakim dan as-Sahabus Sunan)

Apa yang anda tanya mengenai pengubat tersebut, mengetahui perkara ghaib sehingga secara spesifik menerusi struktur daun sirih sehingga mengetahui jenis-jenis penyakit, sama ada fizikal atau spiritual adalah termasuk dalam perkara yang dilarang syarak.

Firman Allah (mafhumnya): "Katakanlah lagi: Tiada sesiapapun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib melainkan Allah! Dan tiadalah mereka menyedari bilakah masing-masing akan dibangkitkan hidup semula (sesudah mati).� (Surah an-Naml, ayat 65)

Firman Allah (mafhumnya): "Tuhanlah sahaja yang mengetahui segala yang ghaib, maka Ia tidak memberitahu perkara ghaib yang diketahui-Nya itu kepada sesiapapun, - melainkan kepada mana-mana Rasul yang di redai-Nya (untuk mengetahui sebahagian daripada perkara ghaib yang berkaitan dengan tugasnya; apabila Tuhan hendak melakukan yang demikian) maka Ia mengadakan di hadapan dan di belakang Rasul itu malaikat-malaikat yang menjaga dan mengawasnya (sehingga perkara ghaib itu selamat sampai kepada yang berkenaan)." (Surah al-Jin, ayat 26-27)

Tahniah

Kepada peltih-pelatih j-QAf ambilan januari 2009 diucapkan tahniah kerana anda berjaya meyelesaikan kursus pada bulan Ogos ni . Diucapkan selamat berpuasa dan berhariraya yang akan datang nanti, semoga Ramadhan ni kita perlu ikhlas dan bersungguh-sungguh melaksanakan ibadat. sebelum ditakdirkan bertemu Allah bila-bila masa saja.

PERINGATAN RAMADHAN HARI KE 10

Ramadan tuntut ummah bermuhasabah, beramal


SETIAP Muslim perlu ikhlas dan bersungguh-sungguh melaksanakan ibadat. sebelum ditakdirkan bertemu Allah bila-bila masa saja.

KEHADIRAN Ramadan begitu bermakna dalam kehidupan Muslim kerana ia menjanjikan pelbagai keistimewaan dan ganjaran berlipat ganda yang disediakan Allah kepada hamba-Nya yang bertakwa. Ramadan menuntut setiap Muslim merenung dan bermuhasabah persediaan serta amalan sebelum, ketika dan selepas Ramadan.

Muhasabah penting kerana Ramadan hanya setahun sekali, tambahan pula apakah kita yakin terus bernyawa pada Ramadan akan datang. Biarlah Ramadan kali ini kita melaksanakan yang terbaik sebelum ditakdirkan bertemu Allah pada bila-bila masa saja. Muslim yang bijaksana juga memanfaatkan keistimewaan yang terhimpun sepanjang Ramadan dengan berpuasa dan beribadat sunat.

Persediaan pertama yang wajib dilakukan ialah terhadap jasmani dan rohani kerana ibadat sepanjang Ramadan berkait dengan amalan zahir dan batin. Rasulullah membuat persediaan menyambut Ramadan dengan berpuasa sunat pada Rejab dan Syaaban.

Rejab adalah permulaan bulan yang mulia dan Mukmin bertakwa tidak melepaskan peluang memanfaatkan kelebihan bulan ini untuk melipatgandakan amalan termasuk puasa sunat sebagai persediaan menghadapi penghulu segala bulan, Ramadan. Rasulullah berdoa setiap datang Rejab bermaksud: "Ya Allah! Berkati kami pada Rejab dan Syaaban dan sampaikan kami ke bulan Ramadan."

Begitulah amalan orang Mukmin bertakwa dan beristiqamah mempersiapkan diri sama ada fizikal dan rohani. Mereka membersihkan diri dan hati sebelum menyambut Ramadan yang agung agar ia bersedia menerima cahaya, rahmat dan kurnia Allah yang tidak terhingga pada bulan penuh rahmat.

Ahli hikmat berkata: "Sesungguhnya Rejab adalah bulan memohon ampun segala dosa dan Syaaban untuk memperbaiki hati daripada kecacatan dan Ramadan untuk memberi penerangan hati, sedang malam al-Qadar untuk mendekatkan diri kepada Allah."


Muslim juga dituntut mengulang kaji persoalan mengenai puasa seperti rukun, syarat, sunat, makruh, adab, faedah, manfaat, rahsia dan hikmahnya. Kesempurnaan puasa dan penerimaannya di sisi Allah bergantung pada cara pelaksanaan ibadat berdasarkan sunah atau tidak. Mengetahui cara melakukan puasa dengan betul antara ciri ketakwaan yang ditegaskan Allah sebagai objektif utama pensyariatan ibadat puasa kepada umat Islam.

Muslim diwajibkan mengekang diri daripada kecenderungan negatif yang boleh mencacatkan kesempurnaan fadilat puasa kerana matlamat utama ibadah ini ialah menahan diri daripada nafsu duniawi kecil atau besar dan nikmat jasmani (makan, minum dan seks) atau penyakit rohani (mengumpat, dengki dan sombong).

Muslim harus memperbanyakkan amalan sunat seperti solat tarawih, witir, tahajud, tadarus al-Quran dan iktikaf. Allah menjanjikan pahala satu amalan wajib pada Ramadan menyamai 70 amalan wajib pada bulan lain dan satu amalan sunat pula menyamai satu amalan wajib pada bulan lain.

Tawaran istimewa Allah sediakan pada Ramadan wajar menjadi perangsang Muslim merebut ganjaran yang tiada pada bulan lain.

Ibadat puasa tidak patut menjadi penghalang melakukan kerja seharian ikhlas kerana Allah yang dianggap sebagai ibadat.

Ibadat diberikan Allah ganjaran berganda. Mengapa perlu disia-siakan detik berharga sepanjang Ramadan dengan tidur dan bermalas. Alangkah ruginya manusia yang tidak memanfaatkan kelebihan yang Allah janjikan sepanjang Ramadan.