08 Julai 2009
Airmata Diujung Lorong Kematian
Email Oleh : Hizamri Johari
Oleh : agussyafii
Dirumah Amalia saya senantiasa banyak teman dan terkadang ada tamu yang hadir tanpa saya mengenal sebelumnya. Setiap kali kehadiran
para tamu saya selalu mendapatkan mutiara-mutiara kearifan yang berbentuk pengalaman kehidupan yang dialaminya.
Salahsatunya Pak Syaiful, seorang pengusaha muslim yang taat dalam menjalankan ibadahnya. beliau suka hadir ditengah kami bersama anak-anak Amalia. Penampilannya begitu sederhana, terkadang maen ke rumah Amalia dengan mengendarai motor atau vespanya. Beliau pernah bertutur berbagi pengalaman yang merubah orientasi hidupnya kala dirinya berada diujung lorong kematian.
'Mungkin, mas agus syafii tidak percaya dengan cerita saya ini tapi
itulah kenyataan yang saya alami.'katanya. Pak Syaiful mengidap
radang kantung empedu. penyakitnya sangat parah, bahkan dokter
mengatakan hidupnya hanya tinggal 25%. Awalnya Pak Syaiful merasakan
rasa dingin di kakinya naik ke paha, perut hingga ke ubun-ubun. Rasa
dingin itu seolah berjalan begitu perlahan. 'Saya membayangkan nyawa
saya sudah berada diujung kematian' katanya dengan berlinang air
mata. 'Semua perbuatan kotor saya seperti terlihatkan, hanya satu
yang saya inginkan. Mati dalam keadaan bersyahadat' kata Pak Syaiful
dengan wajah ekspesi penuh ketawadlu'an.
Sejak kecil Pak Syaiful di didik dilingkungan pesantren. Setelah
selesai SMA dirinya mengadu nasib di Ibukota namun perjalanan
hidupnya tidak seperti yang ia bayangkan. Awalnya berdagang pakaian
di Pasar Cipulir. Usahanya sukses namun semakin sukses dirinya
semakin jauh dari agama. Kehidupan malam dan minuman keras terasa
nikmat. Pak Syaiful menjadi tersadar justru setelah sakitnya parah.
Yang paling ditakutkan oleh dirinya kehilangan momen membaca kalimah
syahadat dipenghujung hayatnya. dirinya mengalami diujung lorong batas
antara kematian dan kehidupan.
Dalam keadaan tidak sadarkan diri, dirinya melihat bayangannya
sendiri. Pak Syaful bergerak melakukan apa yang pernah dia perbuat
di masa lalu. 'Saya seperti melihat film yang aktornya adalah diri
saya sendiri.'katanya, 'semua saya melihatnya dengan jelas, saya
pernah menyia-nyiakan anak dan istri saya hanya karena menuruti
kesenangan, sampai saya menangis meraung-raung menyesali semua
kebodohan yang saya pernah saya lakukan.' lanjut Pak Syaiful.
Kala Pak Syaiful melihat semua dosa-dosanya yang menakutkan
disaat itu juga dirinya memohon ampun kepada Alloh SWT,
tuturnya,'begitu saya memohon ampun kepada Alloh SWT, saya berjanji
untuk tidak melakukannya lagi. Disaat itu semua yang menyeramkan
hilang semua.' Dirinya merasakan melewati sebuah lorong gelap sampai
menuju tempat yang begitu indah dan nyaman. tempat itu seperti di
kampung halamannya waktu Pak Syaiful dimasa kecil.
Dari yang dialami Pak Syaiful itu pandangan hidupnya telah berubah.
kehidupan yang bergelimang maksiat dirinya menjadi lebih
mencintai Alloh SWT dan menjalankan semua perintahNya serta menjauhi
laranganNya. 'dan itu tidak mudah mas agus syafii.'katanya. Untuk
mencintai Alloh SWT kita harus menghadapi tantangan. Tantangan itu
untuk membuktikan apakah kita benar-benar mencintai Alloh SWT atau
tidak.' tutur Pak Syaiful dpenghujung malam perjumpaan kami.
Airmatanya benar-benar telah mengalir untuk Sang Khaliq, Alloh yang
Maha Besar.
'Ya Allah segala puji bagiMu. kepadaMulah pengaduanku dan Engkaulah tempat memohon pertolongan…' (HR Thabrany dari Abdullah ibnu Mas'ud).
Wassalam,
agussyafii
Tiada ulasan:
Catat Ulasan